Magic Hours (Sebuah Novel yang Terbengkalai)

Seorang gadis yang sangat cantik yang turun dari go car menujuh tempat parkir disebuah hotel, dimana hotel tersebut adalah tempat dimana dia melaksanakan kegiatan bimtek digitalisasi. Dia bernama “Ayu”.

Untukmu, Aku Menunggu Walau Kisah Kita Berjalan Tak Menentu

Cerita ini sambungan dari sebuah postingan sebelumnya yaitu " Magic Hours ", cerita ini sama dengan judulnya, yaitu menceritakan bagaimana keajaiban dari sebuah waktu,, terkadang kita mengabaikan sebuah waktu dan pertemuan, belajar dari waktu, membuat diri ini akan percaya bahwa ada dua kemungkinan, berhasil atau gagal, menyerah atau berjuang.. selamat membaca...

Pengalaman menjadi Mahasiswa Baru

Tidak terasa saat ini saya sudah menjadi mahasiswa baru. Pengalaman pertama kali ke kampus ya pada saat mengikuti Technical Meeting fakultas, rasanya tuh agak minder namanya aja pengalaman pertama kali.

CARA MENGHOSTING WEBSITE DI 000WEBHOST

Berikut ini adalah panduan langkah-langkah menghosting website/toko online di 000webhosting, sebelum nya jangan lupa lihat video tutoril cara menghosting website di 000webhost pada link chanel YouTube kami.

LAPORAN KKN IAIN BUKITTINGGI

Kelompok 58 adalah kelompok yang kami dapatkan, dikelompok tersebut awal nya kami tidak pernah mengenal satu sama lain maupun bertemu sebelum nya, tetapi pada akhirnya di kegiatan KKN 2019 lah kami dipertemukan, diperkenalkan.

Showing posts with label TAK ADA YANG ABADI. Show all posts
Showing posts with label TAK ADA YANG ABADI. Show all posts

Wednesday, November 24, 2021

TAK ADA YANG ABADI, BERSIAPLAH PARA PENGGANTI

 TAK ADA YANG ABADI, BERSIAPLAH PARA PENGGANTI

“Takkan selamanya tanganku mendekapmu. Takkan selamanya raga ini menjagamu. Seperti alunan detak jantungku, tak bertahan melawan waktu. Dan semua keindahan yang memudar atau cinta yang telah hilang. Tak ada yang abadi. Biarkan aku bernafas sejenak sebelum hilang. Tak kan selamanya tanganku mendekapmu. Tak kan selamanya raga ini menjagamu. Jiwa yang lama segera pergi. Bersiaplah para pengganti. Tak ada yang abadi.” [Ariel, Noah]

Itu adalah lirik salah satu lagu Noah. Dulu Peterpan. Saya benar-benar merinding ketika membaca ulang lirik lagu ini dalam bentuk paragraf. Padahal, lagu ini sudah lama sekali. Namun, sering kali saya hanya mendengar dalam bentuk musik. Atau membaca liriknya dalam bentuk frasa. Potongan-potongan.

Itu adalah salah satu lagu faforit saya. Saya masih mendengarkan lagu itu dengan baik. Dengan berbagai versi. Bagi saya, ada dua tipe pendengar. Yaitu mereka yang memutar lagu secara berganti-ganti. Dan ada tipe pendengar yang memutar hanya satu lagu berulang-ulang. Saya tipe yang kedua.

Bagi saya. Cukup pilih satu lagu yang pas. Dan itu akan saya putar untuk beberapa bulan tanpa berganti. Baru kalau lagu itu sudah terasa agak hambar, baru berganti lagu lain.

Terkait lirik lagu ini. Kali ini. Saya mencoba menyusun potongan-potongan lirik itu dalam bentuk paragraf utuh. Dan baru kali ini, saya membaca dalam bentuk paragraf utuhnya. Dan hasilnya mencengangkan, sekaligus membuat bulu kuduk saya berdiri. Benar-benar merinding.

Satu paragraf itu langsung membawa saya pada ingatan tentang orang-orang yang telah pergi. Bahwa dahulu, mereka adalah bagian dari keluarga yang menyayangi kita, dan juga kita sayangi. Namun seiring waktu, mereka harus menua, lalu kemudian pergi. Dan tak kembali.

Juga membawa saya pada pikiran bahwa apa saja yang kita miliki sekarang, itu tidak akan kekal selamanya. Apapun itu. Apakah itu keluarga, properti, mobil, karya, barang berharga, jabatan, teman-teman dekat, dan seterusnya. Ada waktunya mereka semua akan meninggalkan kita. Atau kita yang meninggalkan mereka. Benar-benar tidak ada yang abadi.

Saya tulis catatan ini sambil mendengarkan lagu itu dalam versi paling baik menurut saya. Versi yang menurut saya paling pas. Dari segi tarikan suara maupun musik pengiringnya. Dan tentu versi paling maksimal dari suara sang vokalis. Dan dengan speaker aktif yang cukup untuk mendapatkan kesan menyeluruh. Barang kali dengan itu, catatan ini bisa menjadi catatan yang baik.

Lirik itu ditulis oleh Ariel, vokalis Band tersebut. Tentang lagu ini, dalam beberapa kesempatan, Ariel sendiri mengkonfirmasi bahwa ini adalah lagu religi dari Noah. Karena dari segi makna sangat mendalam sekali. Yang pada intinya, tidak ada yang abadi. Segala sesuatu akan pergi.

Dari segi komposisi instrumen sangat pas. Terutama dentuman keyboard yang mengiringi dari awal hingga akhir. Suara gitar yang sangat penuh kekuatan juga memperdalam kualitas musiknya. Detak drum yang sangat epik melengkapi kedalaman musik tersebut. Getaran senar bas sekaligus melengkapi kesempurnaan musiknya.

Dan tentu, suara vokalis yang sedikit serak dan menggelegar menimbulkan kesan mendalam. Dan juga suara pendukung yang berperan melengkapi suara vokal utama. Entah siapa itu. Namun, sering kali suara pendukung dalam lagu Noah itu digawangi oleh Ariel sendiri.

Tak Ada Yang Abadi

Inti dari pesan yang ingin disampaikan dari lagu itu adalah tak ada yang abadi. Bahwa segala sesuatu pasti akan pergi, rusak, atau mungkin lenyap. Tidak akan ada yang bertahan selamanya. Tidak akan ada yang hidup kekal selamanya.

Manusia akan mati pada saatnya. Alunan detak jantung, aliran darah, kerja batang otak, dan ketika semua organ manusia berhenti berfungsi. Kita menyebut itu dengan mati. Tidak ada yang bisa bertahan melawan waktu. Dan ketika seseorang telah mati, dengan sangat terpaksa harus berpisah dengan yang hidup.

Orang-orang yang kita cintai juga begitu. Tidak akan selamanya tangan kita mendekap orang-orang yang kita cintai itu. Ada waktunya harus berpisah. Jika bukan kita yang pergi terlebih dahulu, bisa jadi mereka yang pergi lebih dahulu.  

Begitu juga anak-anak yang kita cintai. Kita tidak akan selamanya menjaga mereka. Mungkin, kita menyaksikan mereka tumbuh. Dari seorang bayi menjadi anak-anak yang mungil. Lalu menjadi dewasa dan bisa berpikir mandiri. Tapi. Ada waktunya kita harus pergi. Kita tidak bisa menjaga mereka selamanya. Semua keindahan yang kita rasakan akan memudar. Dan segala cinta akan hilang.

Jiwa-jiwa lama segera pergi. Kita semua yang hidup akan pergi. Yang hidup pasti mati. Dan lalu digantikan dengan jiwa-jiwa yang baru. Yaitu para pengganti. Kehidupan akan terus berganti. Benar-benar tidak ada yang hidup abadi selamanya.

Kasih Tuhan Pada Manusia

 


Kita harus berterima kasih kepada Tuhan. Karena kita telah diberi kesempatan untuk bernafas, meski sejenak. Sebelum kita hilang. Karena kita semua akan hilang. Akan musnah pada waktunya.

Kita telah diberi kesempatan untuk hidup. Dan juga telah diberi berbagai perangkat indra. Sehingga kita bisa merasakan nikmat. Dengan berbagai macamnya. Mulai dari kenikmatan segarnya udara di setiap detik, lezatnya berbagai macam makanan, indahnya hutan rimbun di lereng gunung.

Bahkan, mungkin termasuk lagu yang bertajuk tak ada yang abadi ini. Ini adalah bentuk kasih sayang Tuhan pada manusia. Banyak sekali. Dan jika kita mencoba menghitung. Kita tidak akan bisa menghitung seluruhnya.

Mungkin, hewan dan tumbuhan juga diberi kesempatan untuk hidup. Sebagaimana manusia. Tapi, manusia lebih dari itu. Manusia juga diberi perangkat tertentu yang tidak diberikan pada ciptaan lain. Perangkat unik itu kita sebut dengan akal.

Dengan akal, manusia bisa menilai baik dan buruknya sesuatu. Sehingga, manusia bisa menentukan apa yang seharusnya dilakukan. Itulah yang disebut kebebasan. Dengan demikian, kebebasan adalah nikmat yang sangat unik. Yang hanya dimiliki oleh manusia.

Apakah hewan tidak punya kebebasan? Padahal, menurut kita, justru mereka tidak terikat dengan berbagai etika yang super rumit. Dalam sistem sosial binatang, tidak masalah mereka mau berbuat apa. Sementara manusia, harus tunduk pada berbagai etika yang dirumuskan sendiri.

Itu betul. Namun, hewan hidup dengan mengikuti naluri semata. Manusia berbeda dengan itu. Manusia bisa memilih setelah tahu. Karena manusia dibekali berbagai perangkat untuk mengetahui. Dan setelah itu, mereka bisa menilai, untuk selanjutnya menentukan pilihan. Inilah yang oleh filsuf disebut eksistensialisme. Keberadaan manusia yang berbeda dengan keberadaan hewan atau yang lainnya.

Sebutlah ada dua makanan yang dihidangkan pada seseorang. Satu hidangan dalam kondisi basi yang akan mengaduk perutnya. Dan satu lagi hidangan yang masih hangat, yang pasti terasa nikmat di lidah. Hewan akan secara otomatis memilih mana yang menurut mereka bisa dimakan. Tapi manusia, mereka memilih setelah mereka mengetahui kondisi dua makanan itu.

Nikmat yang banyak dengan segala bentuknya itu, dalam satu perspektif, itu adalah cara Tuhan untuk menguji manusia. Untuk menentukan siapa yang paling baik kualitas tindakannya.

Sejak awal, Tuhan telah membekali manusia dengan akal, pengetahuan dan kebebasan untuk memilih. Ini berbeda dengan ciptaan Tuhan yang lainnya. Sebut saja hewan dan tumbuhan. Juga malaikat. Karena itu, dalam kisah religi, itu bermakna Tuhan ingin melihat, apakah manusia akan memilih menggunakan segala pemberian itu untuk kebaikan, atau sebaliknya.

Termasuk juga apakah dengan nikmat yang banyak itu, manusia akan bersyukur dan mengakui kebesaran Tuhan. Atau justru kufur dengan segala nikmat itu, dan mengingkari kebesaran Tuhan. Ini sepenuhnya adalah pilihan. Dan manusia dibebaskan untuk memilih.

Huru-Hara di Permukaan Bola Biru Mungil

Benar bahwa jika kita berusaha menghitung nikmat Tuhan, kita tidak bisa menghitung seluruhnya. Karena Bumi dengan segala isinya, itu bisa dimaknai sebagai nikmat. Termasuk juga posisi bumi terhadap matahari yang sangat pas untuk kehidupan. Yang memungkinkan muncul kehidupan di permukaan planetnya.

Kita bisa bayangkan, jika jarak Bumi dengan mata hari lebih dekat sedikit saja dari posisi saat ini, kehidupan tidak bisa muncul di atasnya karena suhu terlalu panas. Begitu juga jika sedikit lebih jauh. Bumi akan membeku. Dan kehidupan tidak bisa tumbuh di permukaannya.  

Umur Bumi saat ini yang sedang dalam masa subur juga nikmat. Kita tahu. Bahwa Bumi terbentuk sekitar lima miliar tahun lalu. Tersusun dari kumpulan debu angkasa di sekitar matahari. Dengan grafitasi, debu-debu itu saling menarik. Dan selanjutnya menarik batu-batuan angkasa.

Lalu, pada masa tertentu, Bumi lebih mirip neraka dari pada rumah. Bola batu cari dengan suhu sekitar 2000 derajat fahrenheit. Tidak memungkinkan tumbuh kehidupan di situ.

Kemudian, meteor yang membombardir bola panas itu membawa berkah tersendiri. Karena mereka membawa unsur air yang memungkinkan kehidupan untuk tumbuh di masa kemudian. Di bagian dalam tetap batuan cair panas. Tapi, bagian luar membeku membentuk kerak. Itu yang memungkinkan air yang dibawa meteor-meteor terekstrak dan menggenang di atasnya.

Bagian dalam batuan cair panas menyembur di banyak bagian. Sehingga pada bagian tertentu permukaan meninggi. Membentuk pulau-pulau vulkanik yang tak beraturan. Yang kemudian menyatu menjadi pulau besar mengapung, melayang-layang di atas batuan cair yang panas. Itu yang disebut benua tunggal, sangat luas. Lalu retak karena tekanan panas inti bumi.

Selanjutnya. Batuan meteor yang menabrak bumi membawa berbagai unsur kimia tertentu. Dan berbagai unsur kimia itu berreaksi untuk membentuk oksigen. Di dasar laut sudah mulai terbentuk kehidupan bersel tunggal.

Dan pada masa tertentu, bola biru mungil itu menjadi bola salju selama jutaan tahun karena matahari tak menembus permukaan. Selama itu, unsur-unsur pembentuk kehidupan terkubur di dalam es.

Rupanya, gunung-gunung vulkanik tak betah berlama-lama membekuk di dalam lapisan es. Mereka memuntahkan cairan panas, memecah es. Karbon dioksida yang yang dimuntahkan menangkap sinar matahari yang kemudian meningkatkan suhu Bumi. Es mencair, oksigen dan hidrogen meningkat di permukaan planet. Sungguh resep yang sempurna sebagai pembentuk unsur kehidupan.

Bakteri di bawah laut yang telah terkubur es selama jutaan tahun telah berevolusi. Pasokan oksigen yang cukup di kedalaman laut memungkinkan mereka mengembangkan tuang belakang. Seiring waktu, jutaan tahun, kehidupan bawah laut berkembang pesat.

Di daratan, tampaknya belum ada kehidupan apa-apa. Tapi, kemudian ozon terbentuk. Dan memungkinkan kehidupan muncul di daratan. Vegetasi semacam lumut dan pakis mulai tumbuh.

Pohon-pohon mulai muncul dan menghasilkan oksigen di atmosfer. Sementara itu, berapa spesies bertulang belakang di bawah laut mulai melirik daratan. Lalu bervolusi menjadi berbagai macam binatang darat ukuran monster. Sebagian mengembangkan kakinya menjadi sayap.  

Tak ada yang hidup selamanya. Vegetasi purba mulai berjatuhan. Terkubur bebatuan dan mendapat panas dari dalam, lalu menjadi batu bara yang kita gali hari ini. Batu hitam yang gunakan untuk menghasilkan energi. Itulah sekilas huru-hara di permukaan planet biru mungil.

Bencana Skala Planet

Pada masa itu, bumi adalah surganya kehidupan. Tapi tidak berlangsung lama. Di bagian tertentu, batuan cari menyembur dari perut bumi menewaskan hampir seluruh kehidupan di wilayah itu. Asap vulkanik skala besar juga menyebabkan hujan asam di seluruh permukaan yang menewaskan hampir kehidupan. Bahkan kehidupan yang ramai di bawah laut juga mati. Hampir seluruh spesies musnah.

 

Setelah jutaan tahun. Bumi memulihkan dirinya. Tumbuhan kembali tumbuh. Sebagian kecil binatang yang masih hidup berevolusi. Menjadi makhluk-makhuk baru seperti dinosaurus. Yang peradabannya bertahan jutaan tahun.

Ketika benua Amerika dan Afrika terpecah, sebagian spesies memilih untuk tinggal kembali di lautan. Ini bukan seperti pecahnya piring yang langsung terbelah menjadi dua. Tapi, berpisah dengan kecepatan tumbuhnya kuku. Jadi. Setiap kali planet unik ini memperbarui dirinya, kehidupan baru muncul. Kehidupan berevolusi untuk neyesuiakan diri dengan kondisi.

Dalam jutaan tahun, bangsa dinosaurus mendominasi daratan. Sampai hujan asteroid raksasa yang sangat tidak diharapkan menghujam Bumi. Menewaskan hampir seluruh spesies dinosaurus. Yang tersisa juga mati karena kelaparan. Sebuah babak baru kehidupan akan dimulai.

Mamalia Otak Besar

Sebuah mamalia baru yang mirip dengan kera tercipta. Otaknya cukup besar. Itu yang kemudian diduga akan berevousi menjadi kera. Dan selanjutnya akan berevolusi lagi menjadi kehidupan baru penghuni planet ini.

Spesies mirip kera hidup di pepohonan. Tapi, himalaya muncul, uap air dari lautan terhalang untuk sampai di tempat spesies itu. Sehingga, membuat hutan pepohonan itu mengering. Dengan sangat terpaksa, kera-kera itu harus menginjakkan kakinya ke daratan. Menggunakan kaki mereka untuk berjalan. Episode spesies baru yang akan mendomnasi Bumi segera dimulai.

Kini, kita sebagai spesies manusia yang waktunya sangat sedikit ini telah memiliki banyak kemajuan. Terutama kemampuan kognitif. Yang memungkinkan manusia untuk mengelola permukaan planet ini.

Tidak menutup kemungkinan, suatu bencana skala global akan memusnahkan kehidupan di permukan planet ini. Termasuk spesies manusia. Dan setelah jutaan tahun, spesies baru nantinya akan muncul.

Dengan kemampuan kognitif manusia saat ini, manusia mampu memikirkan banyak hal yang abstrask. Dan menceritakannya pada yang lain untuk membangun konsepsi-konsepsi yang sangat rumit. Dan itu menjadi pedoman untuk hidup.

Segala proses terbentuknya Bumi, yang hanya dari serpihan debu angkasa, kemudian menjadi bola panas, lalu menjadi bola salju, kemudian berevolusi menjadi planet berpenghuni. Dan kemudian berganti-ganti penghuni, sampai masa kita ini.

Perjalanan ini berlangsung sekitar lima setengah miliar tahun lamanya. Pada masa tertentu, kehidupan bertumbuh dan mereka bersenang-senang. Ketika bencana skala planet datang, kehiudpan punah. Lalu ketika mulai kondusif, muncul kehidupan baru dengan spesies-spesies baru.

Dengan skala umur Bumi, peradaban spesies manusia hanyalah satu episode kecil dari sekian banyak episode. Yang artinya, keributan skala internasional seperti perang dingin selama puluhan tahun, perbincangan global tentang perubahan iklim, atau mungkin keributan soal hak beragama di sebuah negara, hanyalah sepersekian miliar detik yang sangat tidak berarti.

Bumi Sebagai Anugerah

Sebagai sebuah gumpalan di mana banyak kehidupan di permukaanya telah berganti-ganti. Bumi adalah anugerah yang telah menyimpan bayak cerita rumit dari berbagai spesies kehidupan yang silih berganti. Dalam skala pradaban manusia, di mana kita hanya menyaksikan satu episode kecil dari kisah Bumi, tidak semua planet di galaksi memiliki cerita unik seperti itu.

Kita bisa berpersepsi seperti itu, karena kita tidak bisa menyaksikan bagaimana sejarah planet lain. Planet tetangga kita Mars misalnya. Kita menyaksikan saat ini Mars sebagai planet yang begitu tenang, tandus dan tidak berpenghuni.

Padahal, bisa jadi, Mars juga pernah mengalami huru-hara peradaban dari berbagai spesies yang telah berganti-ganti. Hanya saja, kita sama sekali tidak memiliki bukti. Karena dalam skala planet, peradaban dinosaurus atau peradaban manusia, hanya seperti pasir pantai di antara ombak pertama dan ombak kedua. Di mana setiap ombak menyapu setiap peradaban.

Bisa saja, sekarang Mars dalam kondisi pasca bencana skala planet. Sehingga seluruh spesies yang pernah punya peradaban yang sangat maju di Mars, musnah. Dan sekarang Mars sedang dalam proses penyembuhan. Dan nanti, jutaan tahun kemudian, akan muncul kehidupan baru. Begitu juga dengan planet-planet lain. Terutama yang memenuhi syarat untuk kehidupan.

Jika Bumi pernah dihujani meteor, pernah menjadi planet beku, pernah dihujam meteor yang membawa unsur hidrogen, termausk juga punya unsur-unsur untuk mengolah sinar matahari menjadi makanan. Dan berbagai drama lainnya yang membuat Bumi sebagai planet yang sangat dinamis. Apakah itu hanya terjadi pada Bumi? Dan apakah itu tidak mungkin terjadi pada planet lain?

Keterbatasan masa peradaban manusia membuat manusia tidak bisa menyaksikan drama skala planet. Bahkan planet kita sendiri. Etika bencana skala global muncul, lalu tumbuh kehidupan baru, kita tidak bisa menyaksikannya. Kita tidak bisa menyaksikan peradaban baru setelah peradaban manusia. Itu keterbatasan kita.  

Dahulu sekali, ketika Bumi masih dalam kondisi seperti bola panas atau bola es. Juga tidak memungkinkan adanya kehidupan di situ. Namun, akhirnya setelah sekian juta tahun, juga terbentuk kehidupan yang silih berganti. Berganti karena bencana skala planet. Kehidupan musnah. Kemudian berganti kehidupan yang baru. Dan terus begitu.

Kemusnahan skala planet ini bukan seperti angin ribut yang memporak-porandakan satu kampung. Sehingga dalam beberapa minggu, kampung itu bisa dibangun lagi. Dan dipenuhi lagi dengan makhluk yang sama.     

Namun, kepunahan skala planet benar-benar memusnahkan setiap sel kehidupan. Sehingga, ketika Bumi telah kondusif, makhluk baru yang tumbuh benar-benar berbeda dengan sebelumnya.

Sebagaimana pesan dalam lirik lagi di atas. Tak ada yang abadi. Tidak ada spesies yang selamanya mendominasi serta mengatur permukaan planet ini untuk selamanya. Apakah peradaban para spesies raksasa, para dinosaurus, atau bahkan para manusia.

Ada saatnya nanti, ketika bencana global datang, entah karena perbuatan manusia sendiri atau karena alam, dan karena itu kehidupan di planet ini akan musnah. Dan secara otomatis, dominasi manusia atas permukaan planet ini harus berakhir. Dan setelah jutaan tahun bumi menyembuhkan dirinya, spesies baru akan muncul. Tak ada yang abadi. Jiwa yang lama segera pergi, bersiaplah para pengganti.

Nikmat Yang Tidak Terbatas

Dalam peradaban manusia yang hanya berlangsung beberapa detik dalam skala umur planet, manusia sebagai spesies melata punya kemampuan kognitif yang unik. Yaitu bisa mengkonstruksi benda abastak dalam pikirannya. Di mana hal itu memungkinkan bagi manusia untuk memberi makna atas segala sesuatu.

Karena satu atau dua kelemahan, akhirnya manusia mengkonstrksi konsep yang lebih kuat darinya. Bentuknya bisa apa saja. Dan dengan begitu, dia berharap sesuatu yang dipikirkan itu membantunya ketika mereka dalam masa sulit. Itulah makna. Manusia bisa meletakkan makna apa saja terhadap apa saja.

Dan saat ini, jika kita mengkonstruksi konsep tentang Tuhan dengan segala ide yang relevan dengan itu. Kita patut berterimakasih karena kita telah diberi kesempatan untuk menjadi bagian dari kisah Bumi yang begitu panjang dan penuh drama. Meski kita hanya menjadi bagian yang sangat kecil dari kisah panjang itu.  

Namun, dengan bagian yang sangat kecil itu, spesies manusia bisa punya pengalaman unik. Seperti kebahagiaan, kesedihan, atau perasaan yang campur aduk karena suatu hal. Keindahan berbagai. Atau kepercayaan diri yang sangat menggebu dalam melakukan sesuatu, karena seseorang menjanjikan sesuatu setelah dia mati.

Termasuk untuk menggubah lirik lagu yang begitu menyayat hati. Termasuk juga mendengarkan suara serak yang dipadukan dengan campuran bunyi beberapa alat musik dengan takaran yang pas. Begitu juga setiap detik kesempatan untuk menjadi bagian dari kehidupan di permukaan planet ini. Singkat kata, itu bisa kita maknai sebagai nikmat yang tidak terbatas.

Share:

Definition List

Support